Saturday 18 October 2014

Perhitungan Harga pokok proses



Perhitungan Harga Pokok Proses
Perhitungan Biaya
  Perhitungan biaya merupakan bagian laporan dari harga pokok produksi yang pada dasarnya memuat biaya produksi yang diperhitungkan untuk produk yang telah selesai dan poduk yang masih dalam proses pada akhir periode untuk departemen yang bersangkutan. Produk yang telah selesai dapat berupa produk yang ditransfer ke gudang penyimpanan dan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya untuk diolah lebih lanjut.
METODE HARGA POKOK PROSES LANJUTAN
  Pembahasan mengenai metode harga pokok proses dalam bab ini merupakan kelanjutan dari metode Harga Pokok Proses Pengantar. Yaitu metode harga pokok proses dengan memperhitungkan adanya persediaan produk dalam awal proses periode. Produk yang belum selesai(dalam proses) pada akhir periode suatu departemen produksi, merupakan produk dalam proses pada awal periode departemen yang bersangkutan pada bulan berikutnya.
  Dalam hal ini ada dua metode yang dapat digunakan untuk penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal, yaitu metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP).
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang
  Penentuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal dengan metode harga pokok rata-rata dapat dibedakan menjadi dua bagian pembahasan, yaitu:
1.   Perhitungan di departemen awal
2.   Perhitungan di departemen lanjutan (setelah departemen awal).
1.            Perhitungan Harga Pokok Di        Departemen Awal
  Beberapa hal pokok yang perlu diketahui dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a.   Dalam laporan produksi, unit produk dalam proses awal menambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses bulan ini di departemen awal.
b.   Dalam pembebanan biaya produksi, harga pokok produk dalam proses awal (yang berasal dari bulan lalu) ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode ini, dirinci untuk setiap elemen biaya produksi. 

Rumus Perhitungan Biaya produksi Per unit Departemen Awal
                                    By. Bahan yg melekat       By. Bhn yg dikeluarkan
  Biaya bahan per unit =       pd PDP awal           +         pada bulan ini
                                                    unit ekuivalen biaya bahan
                                                                        
                                 BTK yg melekat pada     BTK yg dikeluarkan pada
  BTK per unit  =           PDP awal             +               bulan ini                
        unit ekuivalen biaya tenaga kerja
                                BOP yg melekat pada     BOP pabrik yg dikeluarkan
  BOP per unit =            PDP awal           +            pada bulan ini             
                                     unit ekuivalen biaya overhead pabrik

c.    Harga pokok per unit merupakan penjumlahan biaya per unit dari setiap elemen biaya produksi, yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi (PDP awal + Biaya periode ini) dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
d.   Unit ekuivalen dihitung dengan cara menambahkan unit produk selesai (yang ditransfer ke gudang/departemen lanjutan) dengan unit produk dalam proses akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
e.   Dalam perhitungan biaya harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen lanjutan dihitung dengan cara mengalikan harga pokok per unit dengan unit produk selesai. Sedang dalam perhitungan harga pokok produk dalam proses (PDP) akhir, unit produk dalam proses akhir dikalikan dengan harga pokok per unit (dihitung untuk setiap elemen biaya produksi)
Perhitungan Harga Pokok Di departemen lanjutan lanjutan
  Penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan menggunakan  metode harga pokok rata-rata tertimbang, pada dasarnya tidak berbeda dengan penentuan harga pokok di departemen awal yang telah dibahas dimuka. Perbedaannya karena di departemen lanjutan terdapat produk yang dibawa dari departemen sebelumnya, maka dalam pembebanan biaya produksi, perlu dihitung harga pokok rata-rata per unit dari produk yang berasal dari departemen sebelumnya.oleh karena itu masalah yang dijumpai di departemen lanjutan, disamping masalah produk dalam proses awal departemen yang bersangkutan, juga masalah produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
Beberapa hal perlu diketahui dalam penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang antara lain :
1.   Dalam laporan produksi, unit produk dalam dalam proses awal memambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses  bulan ini di departemen lanjutan.
2.   Pembebanan biaya produksi di departemen lanjutan pada dasarnya tidak berbeda dengan pembebanan biaya produksi di departemen awal.
3.   Jika ada tambahan bahan di departemen lanjutan yang menyebabkan tambahn unit, produk yang berasal dari departemen sebelumnya perlu disesuaikan perhitungan harga pokok per unitnya.
4.   Harga pokok per unit rata-rata merupakan penjumlahan biaya per unit rata-rata dari setiap elemen biaya produksi, yang dihitung dengan cara membagi  total biaya produksi (PDP awal + Biaya p Periode ini) dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi. Termasuk dalam elemen biaya produksi departemen lanjutan adalah harga pokok per unit produk dari departemen sebelumnya. (lihat rumus perhitungan biaya produksi per unit dibawah ini)
Harga pokok Per Unit Yang Berasal Dari Departemen Sebelumnya
                                                 HP PDP yang berasal                  Harga pokok selelasi
  HP Produk per unit             berasal dari departemen              yg berasal dari depar-
       Yang berasal dari      =                sebelumnya               +         temen sebelumnya           
         dep. Sebelumnya                   unit PDP awal              +      unit produk yg berasal
                                                                                                  dari dep sebelumnya
Harga Pokok Per Unit yang ditambahkan Di Departemen lanjutan
  BBB per unit = By. Bahan yg melekat            Biaya bahan yang dikeluarkan
                                   pada PDP awal           +               pada bulan ini
                                                      unit ekuivalen biaya bahan

             BTK yg melekat       By. Tenaga Kerja yg dikeluarkan
  BTK per unit =      pada PDP awal   +                 pada bulan ini         
                                               unit ekuivalen biaya tenaga kerja
                                                     
                                BOP yg melekat                          By. Overhead pabrik yang
  BOP per unit =      pada awal        +               dikeluarkan pada bulan ini
                                            unit ekuivalen biaya overhead pabrik


Beberapa hal perlu diketahui dalam penentuan harga pokok produk di departemen lanjutan dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang antara lain :
5.     Unit ekuivalen harga pokok produk yang dihitung berasal dari departemen sebelumnya dihitung dengan cara menambahkan unit produk dala proses awal di departemen lanjutan dengan unit produk yang berasal dari departemen sebelumnya.
6.     Unit ekuivalen biaya produksi yang ditambahkan di departemen lanjutan (BB, BTK, BOP), dihitung dengan cara menambahkan unit produk proses akhir sesuai dengan tingkat penyelesaiannya.
7.     Dalam perhitungan biaya, HP. Produk selesai ditransfer ke gudang/departemen lanjutan dihitung dengan cara mengalikan harga pokok per unit dengan unit produk selesai. Sedang dalam perhitungan harga pokok produk dalam proses (PDP)akhir, unit produk dalam proses akhir dikalikan dengan harga pokok per unit (dihitung untuk setiap elemen biaya produksi).
                                                                      THE END             
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
  Berbeda dengan metode harga pokok rata-rata tertimbang, penetuan harga pokok produk yang memperhitungkan produk dalam proses awal dengan metode MPKP, mempunyai anggapan bahawa biaya produksi bulan (periode) ini terlebih dahulu digunakan untuk menyelesaikan produk yang masih dalam proses pada awal bulan. Baru kemudian sisanya digunakan untuk menyelesaikan produk masuk proses dalamnya digunakan untuk menyelesaikan produk masuk proses bulan sekarang. Oleh karena itu perhitungan awal bulan diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Pembahasan MPKP dipisahkan menjadi dua, yaitu:
  Perhitungan departemen awal
  Perhitungan di departemen lanjutan
Perhitungan Harga Pokok di Departemen Awal
  Dalam laporan produksi, unit produk dalam proses awal menambah unit produk yang dimasukkan proses bulan ini  sebagai unit produksi seluruhnya yang diproses bulan ini di departemen awal.
  Dalam pembebanan biaya produksi, harga pokok produk dalam proses awal (yang berasal dari bulan lalu) ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode ini. Harga pokok produk dalam proses awal tidak perlu dirinci untuk setiap elemen biaya produksi, karena tidsk dihitung harga pokok per unitnya.
  Harga pokok produksi per unit dihitung untuk biaya produksi yang dikeluarkan periode ini, yang merupakan penjumlahan dari biaya per unit setiap elemen biaya produksi periode ini. Biaya produksi per unit dihitung dengan cara membagi  antara total biaya produksi yang dikeluarkan periode ini dengan masing-masing unit ekuivalentnya (tidak termasuk harga pokok proses awal).
  Unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Menghitung unit ekuivalen
  Unit ekuivalen dihitung dengan rumus sebagai berikut.
                                                                                     Unit ekuivalen BB :
Unit PDP awal x (100% - tingkat penyelesaian  BB pada PDP awal)  + unit produk selesai x 100% + unit PDP akhir x  tingkat penyelesaian BB pada PDP akhir.
Contoh:
UE . BB Dep A. = 800 (100% -100 ) + 7.000 (100% ) +   1.800 (100%) = 8.800
Menghitung unit ekuivalen BK
  UE Biaya Konversi  :
Unit PDP awal  x  (100% - tingkat penyelesaian BK pada PDP awal) + unit produk selesai  x 100% + unit PDP akhir x tingkat penyelesaian BK pada PDP akhir.
                                                                                                       
Contoh :
UE. BK = 800 (100% - 40% ) + 7.000 (100%) + 1.800 (60%) = 8.560
          Dalam perhitungan biaya, harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. Lanjutan dihitung dengan cara menjumlahkanunsur-unsur biaya sbb:
                        Hp PDP awal                                                                              xxx
                        By. Penyls. PDP awal  yg dirinci setiap elemen by.                       xxx
                        HP produk dari bulan ini                                                              xxx  +
                        Hp yg ditransfer ke gudang/dep. Lanjutan                                     xxx
  Sedang dalam perhitungan Hp produk dalam proses (PDP) akhir, unit PDP akhir dikalikan dengan HP per unit yang dihitung untuk setiap elemen biaya produksi.


Harga Pokok Proses


Harga Pokok Proses
1.      Pengertian
Harga pokok proses merupakan metode perhitungan harga pokok produk yang didasarkan kepada pengumpulan biaya-biaya produksi dalam satu periode tertentu dibagi dengan jumlah unit produksi periode yang bersangkutan. 
2.      Ciri-ciri Perusahaan 
a.       Proses produksi berlangsung secara terus menerus.
b.      Produk yang dihasilkan bersifat produk standar.
c.       Tujuan produksi adalah untuk persediaan yang selanjutnya dijual.
d.      Contoh perusahaan pabrik kertas, semen, pupuk, textile.
3.      Karakteristik dan Prosedur Harga Pokok Proses 
-          Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpul¬kan, meringkas, dan menghitung harga pokok baik total maupun per unit
-          .Biaya produksi periode tertentu, dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam proses yang dise¬lenggarakan untuk setiap elemen biaya. 
-          Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu. Apabila produk diolah melalui beberapa departemen maka laporan produksi dibuat untuk tiap departemen.
-          .Produk ekuivalen digunakan untuk menghitung harga pokok satuan. Produk ekuivalen adalah suatu tingkat atau jumlah produksi dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran selesai.
-          Untuk Menghitung Harga pokok Produk satuan, setiap elemen biaya produksi tertentu (mis, biaya bahan baku) dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang bersangkutan.
-          .Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen yang menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang menikmati produk selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang dipindahkan ke gudang atau departemen berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam proses akhir.
-          Apabila dalam proses pengolahan timbul produk hilang, produk rusak, produk cacat akan diperhitungkan penga¬ruhnya dalam harga pokok produk.
4.       Prosedur dalam menentukan Harga Pokok Produk pada Metode Harga Pokok
Proses. 
a.       Mengumpulkan data produksi setiap produk dalam periode tertentu untuk menyusun laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen dan harga pokok satuan.
b.      Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik untuk setiap jenis produk dalam periode tertentu.
c.       Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
d.      Menghitung harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)


HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)

HARGA  POKOK  PESANAN
I.  Pengertian
Harga pokok pesanan adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan. Apabila suatu pesanan diterima segera dikeluarkan perintah untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing pesanan. Untuk mempermudah perhitungan biaya produksi tiap-tiap pesanan maka masing-masing produk yang dikerjakan diberi nomor identitas.
II.  Ciri Khusus
a)  Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
b)   Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk. metode harga pokok pesanan hanya dapat menggunakan:
1.  Sistem harga pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, untuk ketelitian dan keadilan pembebanan biaya overhead pabrik harus digunakan tarif biaya yang ditentukan dimuka.
2.  Dalam metode harga pokok pesanan dapat pula digunakan sistem harga pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya produksi.
c)  Biaya produksi dibagi menajadi dua jenis yaitu:
1.   Biaya langsung meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
      Biaya langsung diperhitungkan terhadap masing-masing pesanan berdasarkan biaya yang sebenarnya
2.   Biaya tidak  langsung meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
      Biaya tidak langsung dibebankan ketiap-tiap pesananan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka (Predetermined Rate)

d) Harga pokok pesanan untuk tiap pesanan dihitung pada waktu pesanan  yang bersangkutan selesai diproduksi.

e)  Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
f)  Untuk megumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai kartu harga pokok pesanan dimana tercatat hal-hal berikut ini :
Jenis produk                :
Nomor pesanan           :          
Tgl.pesanan     :
Sifat pesanan   :
Nama pemesan            :
Jumlah             :
Tgl.selesai                    :
Harga jual                    :
Biaya produksi      :

III. Pencatatan Akuntansi
a)   Akuntansi biaya bahan baku
Pencatatan pemakaian bahan baku didasarkan pada bukti permintaan bahan (material reguisition). Disamping dicatat di kartu persediaan bahan baku, pemakaian tersebut juga harus dicatat di kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Pada saat pembelian:
            Persediaan bahan baku            xxx
                        Utang/kas                                xxx

            Pada saat terjadi retur pembelian
            Utang                                         xxx
                        Persediaan bahan baku           xxx
           
Pada saat pembebanan
            BDP -  Biaya bahan baku          xxx
                        Persediaan bahan baku            xxx

b)  Akuntansi Biaya  Tenaga Kerja
Pembebanan upah langsung ke barang dalam proses, harus dicatat di kartu harga pokok pesanan sesuai dengan pemakaian tenaga kerja yang bersangkutan.
           
Pada saat pembayaran kepada karyawan
            Utang gaji dan upah                   xxx
                        Kas                                          xxx

            Pada saat pembebanan
            BDP - Biaya tenaga kerja       xxx
                        Gaji dan upah                          xxx

c)  Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Dalam harga pokok pesanan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses produksi berjalan (predetermined rate).
Adapun proses penentuan tarif adalah sebagai berikut:
1. Menentukan taksiran besarnya BOP selama periode tertentu
2. Menentukan dasar pembebanan (jam kerja langsung, jam kerja mesin, dll)
3. Menentukan tarif BOP berdasarkan:

                      Taksiran BOP
Tarip BOP =  ------------------  =  Rp ....../Dasar pembebanan
                     Dasar pembebanan

Pada saat pembebanan
            BDP - Biaya overhead pabrik             xxx
                        BOP yang dibebankan                                    xxx

Mencatat BOP Sesungguhnya
            BOP yang sesungguhnya                    xxx
                        Berbagai rekening dikredit                 xxx

d)   Pencatatan Barang Jadi
Pencatatan barang jadi didasarkan kepada pesanan-pesanan yang telah selesai dengan demikian harga pokok barang jadi didasarkan kepada harga pokok tiap pesanan yang telah selesai dikerjakan, sehingga besarnya harga pokok tersebut dapat dilihat di kartu harga pokok.         
Persediaan barang jadi                                        xxx
                        BDP - Biaya bahan baku                       xxx
                        BDP - Biaya tenaga kerja                      xxx
                        BDP - Biaya overhead pabrik                xxx


e)  Pencatatan Persediaan Barang Dalam Proses
      Persediaan barang dalam proses         xxx
                        BDP - Biaya Bahan Baku                   xxx
                        BDP - Biaya Tenaga Kerja                 xxx
                        BDP - Biaya Overhead Pabrik            xxx
f)  Pencatatan Penyerahan Barang Kepada Pemesan
Piutang                                                            xxx
                        Penjualan                                             xxx
g)  Pencatatan Harga Pokok Penjualan
            Harga pokok penjualan                       xxx
                        Persediaan barang jadi                        xxx
IV. Masalah-Masalah Khusus
Masalah yang timbul dalam biaya produksi pada metode harga pokok pesanan adalah:
1.  Biaya Bahan Baku.
a)  Unsur harga pokok bahan baku
Sesuai dengan prinsip harga perolehan (cost), maka harga pokok terdiri dari:
-  Harga beli menurut faktur
-  Ongkos angkut
-  Biaya-biaya lain sampai dengan bahan baku itu siap untuk dipakai, akan tetapi atas pertimbangan biaya administrasi maka dalam praktek harga pokok bahan pada umumnya dicatat berdasarkan faktur.
b)  Penentuan harga pokok bahan baku   
Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai kedalam proses produksi dapat dipakai metode:
- Metode tanda pengenal khusus
- Metode FIFO (First In First Out)
- Metode LIFO (Last In First Out)
- Metode Rata-Rata
- Metode Angka Produksi
 c)  Sisa Bahan
Merupakan bahan yang tidak terpakai (tidak menjadi bagian dari produk) dalam proses produksi dan tidak dapat dipakai dalam proses produksi berikutnya (telah rusak) tetapi masih mempunyai harga jual.
Pencatatan terhadap harga jual sisa bahan dilakukan sebagai berikut:
- Apabila harga jual tersebut rendah, maka pencatatan harga dilakukan pada saat penjualan
- Apabila harga jual besar jumlahnya, maka pencatatan dilakukan pada saat sisa bahan tersebut diserahkan ke gudang. 
d)  Produk Rusak (Spoiled Goods)
Merupakan produk yang tidak memenuhi kualitas yang seharusnya dan tidak dapat diperbaiki.Perlakuan terhadap produk rusak adalah sebagai berikut:
- Apabila produk rusak disebabkan spesifikasi sesuatu pesanan, maka harga pokok produk rusak dibebankan ke pesanan tempat terjadinya produk rusak tersebut.
-  Apabila terjadinya produk rusak dianggap merupakan hal yang normal, maka kerugian akibat produk rusak dibebankan kepada semua produk dengan memperhitungkan ke dalam tarip BOP dimana terdapat kerugian akibat produk rusak tersebut.
e)  Produk cacat (defective goods)
Produk cacat ialah Produk yang tidak  memenuhi kualitas yang  seharusnya, tetapi masih dapat diperbaiki dengan pengerjaan kembali (rework).
Biaya yang timbul akibat pengejaan kembali (rework cost) pencatatannya sama halnya seperti dalam produk rusak yaitu:
- Apabila timbulnya produk cacat akibat spesifikasi pesanan, maka biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan yang bersangkutan.
- Apabila produk cacat merupakan hal biasa terjadi, maka biaya pengerjaan kembali, dibebankan ke tarip BOP dengan demikian dipikul oleh semua produk (pesanan)

2.  Biaya Tenaga Kerja
Dalam hubungan dengan perhitungan harga pokok produksi, maka pada umumnya tenaga kerja dibedakan sebagai berikut :.
Tenaga kerja langsung : yaitu tenaga kerja yang mengerjakan produk langsung dibebankan ke perkiraan barang dalam proses
Tenaga kerja tidak langsung : yaitu tenaga kerja yang tidak secara langsung turut  dalam pengerjaan  produk dan biaya yang terjadi dibebankan ke perkiraan biaya overhead pabrik.
Beberapa masalah yang timbul dalam pencatatan biaya tenaga kerja antara lain:
a)   Cara perhitungan besarnya gaji dan upah
      Dalam hal ini banyak perusahaan yang memakai cara dengan mengalikan jumlah jam kerja dengan tarip upah per jam
b)   Cara pemberian intensip
      Pemberian intensip pada umumnya bertujuan agar karyawan bekerja lebih baik. pemberian intensip dapat didasarkan atas waktu kerja maupun kuantitas produksi maupun kombinasi dari keduanya.
c)   Perhitungan jumlah pajak atas pendapatan karyawan
      Pada prinsipnya besarnya pendapatan karyawan adalah sebagai berikut:
- Ditetapkan besarnya pendapatan sisa kena pajak per tahun, yaitu pendapatan sisa kena pajak per bulan 12 (dua belas).
- Atas sisa kena pajak satu tahun dikenakan tarip pajak untuk mengetahui jumlah  pajak satu tahun.
d)  Untuk menentukan besarnya potongan pajak pendapatan, maka jumlah pajak satu tahun di bagi 12 (dua belas). Kemudian tentang proses pencatatan biaya tenaga kerja adalah seperti yang telah dijelaskan di muka dalam prosedur akuntansi biaya pokok pesanan.

CONTOH    SOAL
PT. MEBEL ANTIK menerima pesanan dari pemesan untuk membuat kursi sebanyak 2000 Unit. Pesanan ini merupakan pesanan dengan nomor 002. Proses produksi melalui dua Departemen Produksi dimana Departemen I sebagai Departemen Pembentukan sedangkan Departemen II sebagai Departemen Penyelesaian. Pesanan ini diterima pada tanggal 03 Maret 1994 dan akan diselesaikan pada tanggal 31 Maret 1994.
Informasi berikut berhubungan dengan pesanan 002 tersebut:
a.   1. Pembelian bahan baku 01 januari 1994  200 m3 kayu @ Rp 500
2. Pembelian 03 januari 1994 300 m3 kayu @ Rp 650
3. Pembelian 10 januari 1994 100 m3 kayu @ Rp 550
     4. Pembelian 07 maret 1994  750 m3 kayu @ Rp 600
b.  Permintaan Bahan Baku dibagian gudang untuk Departemen I sebanyak 1.200 m3 kayu .
c.  Keterangan                                                 Departemen I              Derpartemen II
     Jumlah Jam Kerja Langsung                             1.200 Jam                    2.000 Jam 
     Upah Langsung/Jam                                   Rp 2.000                     Rp 1.500
     Jam Mesin yang digunakan                                             450 Jam                    -
d  Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen I sebesar Rp 8.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 20.000 Jam Mesin sedangkan untuk di Departemen II sebesar Rp 12.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 30.000 Jam Tenaga Kerja Langsung.
e.  Perusahaan dalam penilaian bahan baku menggunakan metode FIFO.Pihak pemesan menyetujui pembayaran pesanannya sebesar total biaya produksi ditambah laba kotor sebesar 40% dari total biaya produksi.
Diminta:
1.   Hitunglah besarnya biaya bahan baku yang digunakan
2.   Tentukan tarif BOP per departemen
3.   Buatlah kartu harga pokok pesanan No. 003 tersebut
4.   Hitunglah total harga pokok produksi
5.   Hitunglah harga jual perunit
6.   Buatlah jurnal yang dibutuhkan


PENYELESAIAN  :
1.      Penggunaan bahan baku sebanyak 1200 m2 kayu dengan perincian sebagai berikut :


Unit
harga
Jumlah
Persediaan 1 januari
200 m2
Rp 500
Rp 100.000
Pembelian 3 januari
300 m2
      650
      195.000
Pembelian 10 januari
700 m2
      550
      385.000
Penggunaan bahan baku
     1200 m2

Rp 680.000

2.   Tarif  BOP dept I                :     8.000.000 / 20.000 jam  = Rp 400 /  jam mesin.
      Tarif  BOP dept II   :   12.000.000 / 30.000 jam  =  Rp 400 / jam kerja langsung.

3.   Kartu harga pokok :    

PT MEBEL ANTIK
KARTU HARGA POKOK

No pesanan       :   003                                                        Nama pemesan     :
Jenis produksi   :   kursi  kayu                                             Jumlah unit           :  2.000
Tgl pesanan       :   03/03/1994                                            Tgl selesai           : 31/03/1994
Sifat  pesanan    :                                                                 Harga jual            :

Tgl
Ket
No Bukti      
Dept I  
Dept II
    Jumlah

BIAYA BAHAN BAKU




          680.000



Jumlah biaya bahan baku
          680.000

      680.000

BIAYA TENAGA KERJA


1200 x 2000  2000 x 1500

       2.400.000
                     3.000.000


Jumlah biaya tenaga kerja
       2.400.000
       3.000.000
5.400.000

BIAYA OVERHEAD PABRIK


  450 x 400       2000 x 400

          180.000

          800.000


Jumlah biaya overhead pabrik
          180.000
          800.000
       980.000
Jumlah biaya produksi
       3.260.000
       3.800.000
    7.060.000

4.  Jumlah biaya produksi untuk pesanan no. 003  = Rp  7.060.000,-
5.  Harga jual / pesanan   =   (140% x 7.060.000) / 2.000 unit  = Rp  4.942 / unit.
6.  Jurnal   :
1.                Mencatat pemakaian bahan baku
BDP – BBB dept  I                                                    680.000                  -
         Persediaan bahan baku                                            -                   680.000

2.                Mencatat pembebanan BTK
BDP – BTK dept  I                                                2.400.000                  -
BDP – BTK dept  II                                               3.000.000                  -            
         Gaji dan upah                                                          -                5.400.000

3.                Mencatat pembebanan BOP
BDP – BOP dept  I                                                               180.000                 -
BDP – BOP dept  II                                                  800.000                 -
         BOP dibebankan                                                     -                   980.000

4.                Mencatat persediaan produk jadi
Persediaan produk jadi                                           7.060.000                 -
         BDP – BBB                                                            -                   680.000
         BDP – BTK                                                            -                5.400.000
         BDP – BOP                                                            -                   980.000

5.                Mencatat Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan                                           7.060.000                  -
         Persediaan produk jadi                                           -                 7.060.000






SOAL - SOAL   PRAKTIKUM

KASUS   1

UD.  IYAN  JAYA yang bergerak dalam bidang kayu dan mebel mendapat pesanan pada tanggal 20 Januari 1998 sebanyak 2.000 unit kursi dan 1000 unit meja dengan Nomor Pesanan masing-masing  001 dan 002.  Dari kegiatan yang selama ini terjadi untuk membuat 100 kursi dan 100 meja diperlukan  :

a)  Bahan baku kayu langsung ( 25 m3 untuk kursi & 50 m3 untuk meja ).
b)  Upah langsung 500 jam upah langsung ( 3 jam untuk meja dan 2 jam untuk kursi ) dengan tarif Rp. 1.000,- / jam.
c)  Overhead pabrik diperkirakan Rp. 5.000.000,- dengan penentuan tarif BOP berdasarkan aktivitas jam upah langsung.
d)  Data pembelian bahan baku selama bulan Januari :
      Persediaan awal    01/01/1998      250 m3     @    Rp.  25.000,-  
      Pembelian             05/01/1998      100 m3     @    Rp.  25.500,-
      Pembelian             10/01/1998      200 m3     @    Rp.  30.000,-
      Pembelian             15/01/1998      400 m3     @    Rp.  25.000,-
      Pembelian             20/01/1998      200 m3     @    Rp.  25.500,-
e)  Biaya pemesanan Rp. 500.000,-
     Biaya administrasi dan umum Rp. 1.000.000,-
     Pajak penghasilan 10 %

Penilaian persediaan dengan menggunakan sistem LIFO.  Dalam pengerjaan pesanan ini, UD.  IYAN JAYA mengerjakan kursi dahulu sampai selesai, baru kemudian meja. Harga jual disetujui untuk kursi sebesar biaya produksi ditambah 25 % keuntungan yang diinginkan, sedangkan untuk meja sebesar biaya produksi ditambah 35 % keuntungan yang diinginkan. 

Diminta :
1.  Hitunglah harga jual masing-masing
2.  Buatlah Laporan Laba / Rugi  UD.  IYAN JAYA
3.  Buatlah Kartu Harga Pokok Produksi untuk pesanan kursi.

JAWABAN  :
KASUS   1
UD.  IYAN  JAYA

1.
•  Biaya Bahan Baku yang digunakan (menggunakan sistem LIFO)
—›  Bila  100 kursi membutuhkan 25 m3, maka
1 kursi  =  0,25 m3  x  2.000  =  500  m3, diambil dari :
            Pembelian        20/01/1998    200 m3  x   Rp.  25.500,-   =     Rp.   5.100.000,-
            Pembelian        15/01/1998    300 m3  x   Rp.  25.000,-   =    Rp.   7.500.000,-
                                                                                                            ———————
            Total Biaya bahan baku untuk membuat 2.000 kursi         =  Rp. 12.600.000,-

—›  Bila  100 meja membutuhkan 50 m3, maka
1 meja  =  0,5 m3  x  1.000  =  500  m3, diambil dari :
            Pembelian        15/01/1998    100 m3  x   Rp.  25.000,-   =     Rp.   2.500.000,-
            Pembelian        10/01/1998    200 m3  x   Rp.  30.000,-   =    Rp.   6.000.000,-
            Pembelian        05/01/1998    100 m3  x   Rp.  25.500,-   =     Rp.   2.550.000,-
            Persed. awal    01/01/1998    100 m3  x   Rp.  25.000,-   =    Rp.   2.500.000,-
                                                                                                            ———————
            Total Biaya bahan baku untuk membuat 1.000 meja         =   Rp. 13.550.000,-

•  Biaya Overhead Pabrik
                          Rp.  5.000.000,-
Tarif  BOP  =   ———————  =   Rp.  10.000,- / jam upah langsung
                                    500
Kursi   =    2  x  2.000  x  Rp. 10.000,-  =   Rp.  40.000.000,-
Meja   =     3  x  1.000  x  Rp. 10.000,-  =   Rp.  30.000.000,-

•  Biaya  Pabrik
Kursi   =   2  x  2.000  x  Rp. 1.000,-  =   Rp.  4.000.000,-
Meja   =     3  x  1.000  x  Rp. 1.000,-  =   Rp.  3.000.000,-


Biaya  Produksi
Kursi
Meja
Total
Bahan Baku
Rp. 12.600.000,-
Rp. 13.550.000,-
Rp.  26.150.000,-
Overhead Pabrik
Rp. 40.000.000,-
Rp. 30.000.000,-
Rp.  70.000.000,-
Tenaga Kerja Langsung
Rp.   4.000.000,-
Rp.   3.000.000,-
Rp.    7.000.000,-
Total Biaya Produksi
Rp. 56.600.000,-
Rp. 46.550.000,-
Rp. 103.150.000,-
Harga Jual
(125% x 56.600.000)
Rp. 70.750.000,-
(135% x 46.550.000)
Rp. 62.842.500,-

Rp. 133.592.500
2.
UD.  IYAN  JAYA
Laporan  Laba / Rugi

Penjualan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp.  133.592.500,-
Harga Pokok Penjualan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  (            Rp.  103.150.000,- )
                                                                                                ———————
            Laba Kotor  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   Rp.    30.442.500,-
Biaya Usaha  :
      –  Biaya Pemasaran  . . . . . . . . . .  Rp.     500.000,-
      –  Biaya administrasi & umum . . Rp.  1.000.000,-
                                                      ——————          ( Rp.      1.500.000,- )
                                                                                          ———————
Laba bersih sebelum pajak  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   Rp.    28.942.500,-
Pajak penghasilan  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  ( Rp.      2.894.250,- )
                                                                                                ———————
            Laba bersih bulan Januari  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   Rp.    26.048.250,- 
3.  Kartu Harga Pokok Produksi
     
No.  Pesanan   :  001                                                   Pemesan          :          
Jenis Produk    :  Kursi                                                Sifat Pesanan  :  Biasa
Tgl. Pesanan    :  20 Januari 1998                                Jumlah             :  2.000 unit
Tgl. Selesai      :                                                           Harga Jual       :  Rp. 70.750.000,-


Biaya  Bahan  Baku
Biaya  Tenaga  Kerja
Biaya  Overhead  Pabrik
Tgl.
Ket.
Jumlah
Tgl.
Ket.
Jumlah
Tgl.
Ket.
Jumlah
20/01
200 x 25.500
 5.100.000
20/01
2 x 2.000
  x 1.000
4.000.000
20/01
2 x 2.000
  x 10.000
40.000.000
15/01
300 x 25.000
 7.500.000







12.600.000


4.000.000


40.000.000
Jumlah  Total  Biaya  Produksi
Rp.  56.600.000,-